Model Pembelajaran Tipologi Mazhab: Menangkal Prasangka Agama terhadap Sesama Islam Beda Mazhab

Prof. Dr. Drs. Munawar Rahmat, M. Pd., Prof. Dr. Drs. Udin Supriadi, M. Pd.

1/27/20231 min read

Buku ini memulai kajiannya dari satunya Islam di zaman Nabi. Di zaman Nabi tidak ada mazhab-mazhab Islam. Pertama kali muncul perbedaan pendapat tentang siapa khalifah pengganti Nabi. Saat itu muncul dua pendapat. Sesuai wasiat, khalifah pelanjut Nabi adalah ahlul bait Nabi, sementarra pendapat mayoritas Nabi tidak berwasiat. Mereka memilih Abu Bakar, kemudian Umat, Utsman, dan Ali. Dari pendapat pertama muncul mazhab Syi`ah, dan dari pendapat kedua muncul mazhab Sunni atau ahlus sunnah wal jama`ah. Lalu muncullah banyak mazhab dari kedua mazhab induk tersebut.

Persoalan kemudian muncul tentang mazhab manakah yang benar. Tentu, masing-masing mazhab “merasa” bahwa mazhabnyalah yang benar. Bahkan hingga menyesatkan dan mengkafirkan mazhab lain di luar mazhabnya. Banyak ulama dan cendekiawan muslim yang sadar betapa pentingnya persatuan umat. Pertanyaannya, bagaimanakah membangun ukhuwah Islamiyah di tengah pertentangan mazhab-mazhab dalam Islam?

Buku monograf ini menyodorkan satu metode edukasi menangkal prasangka agama terhadap sesama Islam beda mazhab. Adalah Ali Syari`ati menyodorkan metode tipologi agama untuk mengkaji agama secara objektif. Ciri menonjol dari metode ini: Pertama, menampilkan lima aspek agama yang paling menonjol; dan kedua, mendeskripsikan kelima aspek agama tersebut menurut agama yang dibandingkan. Peneliti menampilkan juga aspek-aspek mazhab yang paling menonjol. Kemudian membandingkan aspek-aspek mazhab ini perspektif mazhab yang dibandingkan. Hasil studi kritis akan menyimpulkan bahwa kedua mazhab Islam itu sama-sama benar, dalam arti, memiliki dasar dan argumentasi Islam (Al-Quran dan hadits) yang sangat kuat